Supriyanto Ardjo Pawiro lahir di Cilacap 1979 dan menempuh pendidikan jenjang Sekolah Dasar sampai Jenjang Sekolah Menengah Atas diselesaikan semua di Cilacap, Jawa Tengah. Pada tahun 1997, meneruskan pendidikan jenjang Sarjana di Jurusan Fisika Universitas Diponegoro dengan bidang minat Fisika Radiasi dan Medik. Topik penelitian jenjang sarjana diselesaikan adalah tentang Kajian Fisis Magnetic Resonance Imaging di bawah bimbingan Prof. Dr. Muhammad Nur, DEA dan Dr. Catur Edi Widodo. Setelah lulus sarjana pada bulai Mei 2001, Supriyanto Pawiro terlibat dalam penyusunan proyek TPSDP program S1 Fisika dan belajar proyek pengembangan institusi pendidikan di bawah koordinasi Prof. Muhammad Nur. Pada September 2002, memutuskan melanjutkan studi jenjang Magister Fisika peminatan Fisika Medis dengan standar kurikulum dari American Association Physicist in Medicine yang baru dibuka di bawah koordinator Prof. Dr. Djarwani Soeharso. Setelah lulus Januari 2005, Supriyanto Pawiro menjadi dosen tidak tetap untuk pengajaran mata kuliah fisika dasar dan praktikum Fisika radiologi diagnostik dan praktikum fisika radioterapi pada jenjang sarjana. Pada Juni 2006, mendapatkan IAEA Fellow untuk mengikuti program training Fisika Medis Radioterapi selama 6 bulan di Departemen Onkologi Radiasi, National Cancer Center Singapura. Setelah itu belajar bersama Prof. Djarwani mengajukan dan mengelola proyek IAEA untuk pengembangan Fisika Medis di Indonesia dalam rangka pengembangan sumber daya akademik di universitas dan fisikawan medik klinis di rumah sakit serta pengadaan peralatan penunjnag pendidikan dan riset jenjang S1 dan S2. Pada tahun 2008, terseleksi menjadi penerima Beasiswa Asea Uniet Technological Grant dari Pemerintah Austria untuk melanjutkan jenjang studi di Center for Medical Physics and Biomedical Engineering di Medical University of Vienna dan diselesaikan pada November 2011. Bidang yang diteliti adalah pengembangan sistem kalibrasi perangkat Image Guide Radiation Therapy untuk evaluasi software registrasi 2D/3D. Sebelum kembali ke Universitas Indonesia, Supriyanto Pawiro menjalani program magang di Department of Human Health, Department of Nuclear Application di International Atomic Energy Agency dan mulai aktif kembali di Departemen Fisika FMIPA UI pada Maret 2012. Selain mengajar dan meneliti yang difokuskan pada Fisika Radioterapi, Supriyanto Pawiro menerima estafet pengelolaan proyek IAEA untuk pengembangan sumber daya fisika medis di Indonesia dari Prof. Djarwani. Sejak 2014, telah menjadi National Project coordinator untuk 2 National Project dan 2 Regional Project IAEA terkait Fisika Medis dan menjadi alternate NPC untuk satu proyek Regional Fisika Medis. Dalam kolaborasi dengan AIPFMI, Supriyanto Pawiro sebagai ketua umum Aliansi Fisikawan Medik Indonesia sejak 31 Oktober 2015 sampai 10 Agustus 2024 menginisasi program pelatihan profesi fisikawan medik di Universitas Indonesia yang menjadi cikal bakal Pendidikan Profesi Fisikawan Medik yang dibuka pertama kali di Universitas Diponegoro serta menginisiasi program residensi fisikawan medik Spesialis. Per 1 September 2024, usulan Guru Besar dalam bidang Fisika Radioterapi di Universitas Indonesia disetujui dan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia.