Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Ada satu camilan yang hampir terlupakan dan sudah hampir hilang sebenarnya dengan namanya yang sangat unik, balung kethek. Adalah seorang seorang ibu dari dua balita bernama Nurhasanah tergerak hatinya untuk melestarikan camilan ini karena kecintaannya pada balung kethek. Konon disebut balung yaa karena kerasnya seperti balung dan ketika digigit membuat orang yang menggigitnya meringis seperti kethek atau monyet. Bahan utama untuk membuat balung kethek adalah singkong. Ibu Nurhasanah ini bertempat tinggal di desa Bendosari yang kaya akan hasil pertanian singkongya. Singkong adalah salah satu komoditas desa bendosari  sehingga untuk bahan baku tidak menjadi soal dan bahkan melimpah. Agar disukai oleh anak-anak muda Nurhasanah membuat balung ketheknya dengan cita rasa kekinian. Rasa original dan pedas manis adalah dua rasa  yang paling disukai.  Rumah produksinya dinamakan Rumah Faiz Snack. Penjualan rata-rata mencapai 6000 bungkus kecil dan besar setiap minggunya dan sudah banyak tersebar mulai dari Nguter, Sukoharjo Kota, Tawangsari, Bekonang bahkan hingga Gemblegan Solo

Balung kethek dikemas dalam berbagai ukuran tergantung harga dengan menggunakan plastic yang diikat pada ujungnya, belum ada alternatif lain cara mengemas produk sebagai pilihan konsumen. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Tim Dosen Elektronika dan Instrumentasi yang digawangi oleh Dr. Ainie Khuriati sekaligus sebagai dosen pembimbing lapangan Tim I KKN desa Bendosari  menggelar kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema pelatihan penggunaan vakum terkini untuk pengemasan produk balung kethek bersama sama dengan mahasiswa KKN tim I desa Bendosari dan beberapa mahasiswa Fisika.  Kegiatan ini diakhiri dengan penyerahan alat vakum secara cuma cuma.

×

 

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

×