Semarang, 8 Oktober 2025. Tim dosen Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro (UNDIP) menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat bertajuk “Pelatihan dan Teknik Penanggulangan Bahaya Radiasi Sinar-X.” Kegiatan di SMA Negeri 1 Tahunan, Kabupaten Jepara, diikuti sekitar 35 guru fisika yang tergabung dalam MGMP SMA. Tujuannya meningkatkan pemahaman keselamatan dalam penggunaan sumber radiasi pengion, khususnya bagi tenaga pendidik yang menjadi pintu awal literasi sains di sekolah.

Acara dibuka Prof. Eko Hidayanto, F.Med., selaku ketua pelaksana. Ia memperkenalkan program studi di Departemen Fisika UNDIP, kurikulum dan capaian kompetensi, serta prospek lulusan. Prof. Eko juga menyinggung kegiatan riset dan layanan pada Kelompok Bidang Keahlian Fisika Radiasi dan Medik, Program Profesi Fisikawan Medik, serta keterkaitan ketiganya dengan pilar Tridharma: pendidikan, penelitian, dan pengabdian.

Sesi materi pertama disampaikan Dr. Pandji Triadyaksa, F.Med., yang menguraikan konsep dasar radiasi beserta pemanfaatannya di bidang medis, industri, dan penelitian. Ia menekankan dua asas keselamatan sebagai landasan etika penggunaan radiasi: justifikasi—setiap paparan harus memberi manfaat yang lebih besar daripada risikonya—dan optimasi—dosis harus ditekan serendah mungkin agar tujuan tercapai tanpa mengorbankan keselamatan.

Materi berikutnya, Evi Setiawati, M.Si., F.Med., mengulas bahaya radiasi pengion dan efeknya terhadap tubuh. Efek dapat bersifat akut maupun muncul tertunda, serta dibedakan menurut jenis sel yang terdampak, somatik maupun genetik. Dalam perspektif proteksi, ia menjelaskan pembedaan efek deterministik—muncul setelah melewati ambang dosis dan memburuk seiring peningkatan dosis—dan efek stokastik yang bersifat acak. Evi menggarisbawahi tiga prinsip proteksi yang praktis: meminimalkan waktu paparan, memaksimalkan jarak dari sumber, serta menggunakan perisai yang tepat, misalnya bahan berlapis timbal (Pb). Langkah penanggulangan bila terjadi kebocoran atau insiden turut dipaparkan sebagai prosedur kesiapsiagaan.

Sesi penutup dipandu Zaenal Arifin, M.Si., F.Med., melalui simulasi pengukuran dan deteksi sumber radiasi menggunakan detektor dan surveymeter. Peserta juga mempraktikkan penggunaan alat pelindung diri, antara lain apron berlapis timbal, untuk memahami standar kerja aman di lingkungan yang berpotensi terpapar radiasi.

Sepanjang kegiatan, para peserta aktif berdiskusi dan mengajukan pertanyaan terkait penerapan prinsip keselamatan di sekolah maupun konteks laboratorium sederhana. Antusiasme tersebut mencerminkan kebutuhan penguatan literasi radiasi di tingkat pendidikan menengah sekaligus memastikan pesan utama kegiatan tersampaikan: radiasi membawa manfaat besar bila digunakan dengan benar, dan keselamatan adalah prasyarat yang tidak dapat ditawar.