[Senin, 2 Oktober 2023] Terkait dengan rencana koordinasi dan pengenalan Program Kegiatan Studi EEWS BMKG dari Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu yaitu kolaborasi riset tentang pembangunan rumusan Ground Motion Prediction Equation (GMPEs) dan Ground Motion to Intensity Conversion Equations (GMICEs) di wilayah Jawa bagian tengah maka pada hari Senin 2 Oktober 2023 Departemen Fisika Undip telah menerima kunjungan dari tim BMKG yang dipimpin oleh Korbid EEWS (Earthquake Early Warning System) Dr. Sigit Pramono, SSi, MSi, Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Hery Susanto Wibowo, S.Kom, MSi, dan staf. Setelah dari Departemen Fisika Undip, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan peninjauan contoh peralatan EEWS yang berupa sistem peralatan perekam gempa intensitymeter dan accelerograf yang ada di Temanggung dan Semarang.
Dalam rencana kegiatan tahun 2023-2024, untuk memperoleh persamaan empiris GMPE dan GMICE dengan lokasi riset di seluruh Indonesia, BMKG melakukan kolaborasi dengan 21 UPT daerah dan 33 perguruan tinggi di Indonesia agar dapat meningkatkan performa penyampaian informasi EEWS yang lebih baik. Keseluruhan lokasi riset dibagi menjadi 16 klaster dan Departemen Fisika Universitas Diponegoro diharapkan dapat menghasilkan rumusan empiris GMPEs dan rumusan empiris GMICEs yang sesuai dengan karakteristik klaster bagian tengah Jawa dengan sumber interface atau subduksi.
EEWS adalah perangkat yang dapat digunakan untuk mengurangi bahaya gempa. EEWS mampu memperkirakan waktu terjadinya, lokasi, dan besarnya gempabumi dan mengeluarkan peringatan sebelum guncangan tanah yang kuat mengenai area target. Dengan informasi yang tepat waktu, orang dan fasilitas lainnya dapat mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mengurangi bahaya seismik yang disebabkan oleh gempa bumi besar. EEWS telah diuji atau sedang digunakan di banyak negara dengan bahaya gempa yang tinggi. Konsep dasar EEWS adalah dengan memanfaatkan keterlambatan waktu tiba gelombang sekunder yang lebih lambat dibandingkan gelombang primer. Gelombang sekunder umumnya jauh lebih merusak dibandingkan gelombang primer. Karakteristik gelombang ini yang memungkinkan berfungsinya sistem EEW.