Lanjutan Part 1.
Bapak Ricky Prawira, perawat asal Palembang yang menempuh studi Magister Keperawatan Universitas Diponegoro memberikan respon apakah sudah ada standard operasional prosedur (SOP) dalam penggunaan generator ozon medis untuk terapi luka DM?. Penjelasan terkait SOP ini disampaikan oleh dokter Benny dan juga dokter Fadhilah sebagai respon atas pertanyaan dari mahasiswa pasca sarjana yang juga perawat. Standar operasional prosedur penggunaan generator ozon medis telah mengacu pada rekomendasi komite ilmiah internasional ozon terapi yang meliputi 4 hal. Pertama, dosis ozon untuk katergori high dose berkisar antara 80-90 mg/l selama 5 menit diberikan pada awal perlakuan, dan kriteria low dose berkisar antara 25-30 mg/l selama 20 menit diberikan pada perlakuan kedua dan seterusnya. Kedua, teknologi ini telah menggunakan penghalang dielektrik ganda sehingga tidak terjadi kontak antara reactive oxygen spesies (ROS) dengan elektroda sehingga tidak ada kontaminan yang masuk ke dalam luka DM. Ketiga, gas masukan sebagai bahan dasar pembentukan ozon menggunakan oksigen dengan standard medis. Keempat, generator ozon medis ini juga telah dilengkapi pemusnah ozon sehingga keamanan perawat dan pasien tetap terjaga dari paparan ozon.
Pada sesi akhir, Ibu Niken Safitri dosen keperawatan Universitas Diponegoro sekaligus pengurus Asosiasi perawatan luka chapter Jawa Tengah berkenan berbagi pengalaman perawatan luka DM. Penggunaan ozon yang dilarutkan dalam media minyal zaitun sebagai bahan oles pada luka DM juga memberikan konfirmasi positif terhadap proses penyembuhan luka DM. Perlakuan oles minyak zaitun terozonasi mampu membantu penyembuhan luka DM dengan baik dan hasilnya juga smooth. Hal ini bisa menjadi solusi alternative dalam pelayanan yang bersifat home care dengan tempat tinggal dipelosok-pelosok yang tidak memungkinkan membawa generator ozon medis yang besar. Sekaligus juga menjadi tantangan bagi inovasi kedepan untuk menciptakan generator ozon medis yang ringan, mudah dijinjing dan bawa kemana-mana pada saat pelayanan home care.
Focus Group Discussion (FGD) bertema “Penggunaan Generator Ozon Medis untuk Terapi” juga sudah dilakukan sepekan sebelumnya yakni Rabu 30 November 2022 dengan pemateri tunggal Prof. Dr. Muhammad Nur, DEA. Pada FGD pertama dihadiri oleh mahasiwa magister Fisika Medis Universitas Diponegoro. Prof Nur banyak menyampaikan tahapan tahapan sebuah riset khususnya teknologi plasma di Fakultas Sains dan Matematika, mulai dari mainan diatas meja oleh mahasiswa mahasiswa S1 hingga lika-likunya menjadi sebuah produk teknologi yang dihilirisasi serta dikomersialisasi. Pusat penelitian plasma (CPR) telah menghasilkan paling tidak ada 4 teknologi berbasis plasma. Pertama zeta green, sebuah teknologi pembersih udara yang menggunakan teknologi plasma korona discharge, teknologi ini mampu mengurangi penyebaran virus Cobid-19 berdasarkan pengujian di sebuah laboratorium level BSL-3 di jawa Timur. Kedua Deozone, teknologi plasma ozon untuk membantu memperpanjang masa simpan dan kesegaran produk hortikultura dan telah tersebar paling tidak di 9 provinsi di Indonesia. Ketiga Seaozone, teknologi tepat guna yang dapat diaplikasikan pada palka kapal untuk mempertahankan kesegaran ikan tangkap dan mengurangi lost product. Keempat M-ozone, merupakan generator ozon medis pertama kali di Indonesia yang juga memiliki standard internasional, karena mengacu pada rekomemdasi standard yang dikeluarkan oleh komite ilmiah internasional ozon terapi. Teknologi satu satunya di Fakultas sains dan Matematika yang mendapatkan pendanaan dari RISPRO Komersial LPDP, diharapkan mampu memberikan sumbangsih bagi inovasi teknologi bidang kesehatan di Indonesia. Generator ozon medis ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk membantu proses penyembuhan luka diabetes militus yang masih banyak terjadi diberbagai daerah. Terapi menggunakan ozon terbukti telah membantu mempercepat penyembuhan luka DM dan mengurangi resiko amputasi. (ey)