Sudah lebih dari setahun pandemik Covid-19 melanda Indonesia, bahkan di dunia internasional. Banyak aspek kehidupan masyarakat yang terdampak olehnya, mulai bidang kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan penelitian. Khususnya bagi aspek pendidikan, pandemik Covid-19 telah memaksa adanya sistem pembelajaran daring, pembatasan aktivitas di sekolah dan kampus, serta pembatasan ruang gerak untuk melalukan penelitian secara eksperimen. Meskipun demikian, aktivitas penelitian harus tetap dilakukan untuk kemajuan teknologi masa depan. Sebagai salah satu pintu kemajuan teknologi masa depan, Ilmu Fisika menawarkan banyak topik penelitian, mulai bidang teori, partikel, nuklir, material, fisika medis, sampai bidang fisika ekonomi (ekonofisika) yang umumnya dilakukan secara eksperimen.
Namun, dengan adanya musibah pandemik Covid-19, aktivitas penelitian secara eksperimen relatif sangat terhambat. Di sisi lain, pandemik Covid-19 juga berdampak kepada kelancaran aktivitas para praktisi, terutama para fisikawan medis yang sehari-hari ikut mengelola peralatan radiologi. Sebagai seorang fisikawan medis, salah satu tugasnya adalah melakukan penelitian di luar tugas pokoknya. Penuhnya jadwal pemakaian peralatan radiologi dan jumlah menurun mahasiswa yang mengerjakan kuliah praktik lapangan tentu berdampak kepada produktivitas penelitian para fisikawan medis.
Oleh karena itu, diperlukan solusi supaya aktivitas penelitian tetap berjalan di tengah badai Covid-19, salah satunya adalah penelitian secara komputasi yang secara teknis dapat dikerjakan secara fleksibel dimanapun dan kapanpun berada, tetapi tanpa mengurangi kualitas topik penelitian tersebut. Ada beberapa software bidang komputasi yang dapat diaplikasikan pada banyak topik penelitian, khususnya dalam lingkup Ilmu Fisika Radiasi dan Fisika Medik, di antaranya adalah IndoseCT dan PHITS (Particle and Heavy Ion Transport Code System).
Dari kedua software tersebut, Indonesia sudah memiliki ahli pemodelan IndoseCT, salah satunya dalah Dr. Choirul Anam dari Departemen Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro, sementara untuk penggunaan PHITS (Particle and Heavy Ion Transport Code System) masih terbatas sehingga perlu mendatangkan ahli dari luar negeri, salah satunya adalah dari Universitas Kyushu sebagai salah satu pengembangnya. Oleh karena itu, sebagai wujud tanggung jawab atas kepedulian khususnya terhadap masyarakat ilmiah dan praktisi kesehatan serta untuk menguatkan Universitas Diponegoro sebagai salah satu universitas berkelas dunia yang terwujud melalui program World Class University Universitas Dipoengoro (WCU Undip), KBK Fisika Radiasi dan Fisika Medik Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro berencana akan mengadakan Workshop Daring Departemen Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Berkolaborasi dengan Departemen Ilmu Kesehatan Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Kyushu: Pemodelan IndoseCT dan PHITS (Particle and Heavy Ion Transport Code System).
Click one of our contacts below to chat on WhatsApp