Semarang (Mei 2025) — Salah satu dosen Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro, Dr. Ali Khumaeni, M.Si., baru-baru ini menjadi sorotan media nasional Kompas.com atas kiprahnya dalam pengembangan nanopartikel emas (nano-emas) untuk aplikasi kosmetik dan medis.
Nano-emas, yang berukuran sekitar 1 nanometer (10⁻⁹ meter), saat ini tengah menarik perhatian para peneliti karena kemampuannya menembus dinding sel dan terserap secara optimal oleh kulit. Penelitian ini menunjukkan bahwa nano-emas memiliki sifat antibakteri, anti-aging, serta merangsang regenerasi kulit dan sintesis kolagen, menjadikannya bahan aktif potensial dalam produk kecantikan.
Tim peneliti dari Laboratorium Laser and Advanced Nanotechnology FSM UNDIP yang dipimpin oleh Dr. Ali Khumaeni telah mengembangkan koloid nano-emas murni menggunakan metode ablasi laser pulsa, menghasilkan produk dengan tingkat kemurnian tinggi dan stabilitas yang baik.
Kolaborasi dengan Industri Kosmetik
Sebagai tindak lanjut dari penelitian tersebut, tim UNDIP menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan kosmetik Salina Herbal untuk mengaplikasikan nano-emas dalam produk skincare. Kolaborasi ini mencakup proses uji toksisitas, analisis kandungan, dan studi in-vivo, hingga formulasi produk berbasis serum yang menggabungkan bahan herbal dengan nanopartikel emas. Produk hasil kerja sama tersebut telah diluncurkan ke pasar sejak akhir tahun 2023 dan mendapat sambutan positif dari konsumen. Nano-emas terbukti mampu menunda proses penuaan kulit secara efektif dan memperbaiki tampilan wajah secara menyeluruh.
Potensi untuk Diagnostik Medis
Tak hanya di bidang kosmetik, penelitian di laboratorium ini juga membuktikan potensi nano-emas sebagai agen kontras dalam pencitraan medis seperti CT scan. Dibandingkan dengan iodin yang umum digunakan, nano-emas menawarkan efek samping yang lebih rendah, waktu sirkulasi lebih panjang, dan kontras gambar yang lebih tajam, menjadikannya alternatif unggul dalam diagnosis penyakit.
Berbagai pengujian karakterisasi juga telah dilakukan, termasuk Transmission Electron Microscopy (TEM), Scanning Electron Microscopy (SEM-EDX), X-Ray Diffraction (XRD), dan Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), untuk memastikan ukuran, struktur, dan stabilitas kimia dari partikel nano-emas tersebut. Selain itu, uji in-vivo pada hewan uji menunjukkan tingkat keamanan yang tinggi dalam aplikasi medis.
Program Studi Fisika UNDIP mengapresiasi pencapaian ini sebagai bukti nyata kontribusi keilmuan fisika dalam menyelesaikan tantangan nyata di masyarakat. Ke depan, hasil riset ini diharapkan dapat membuka jalan lebih luas bagi integrasi fisika material dan nanoteknologi dalam inovasi produk kesehatan dan kecantikan berbasis riset kampus.
📎 Baca liputan lengkapnya di Kompas.com: